Pengertian Modal Kerja
Pada laporan tahunan perusahaan, modal kerja didefinisikan sebagai aktiva lancar dikurangi kewajiban lancar. Jhon Fred Weston dan Thomas E.Copeland (1996 : 327) menjelaskan bahwa modal kerja merupakan investasi perusahaan dalam bentuk uang tunai, surat berharga, piutang dan persediaan, dikurangi dengan kewajiban lancar yang digunakan untuk membiayai aktiva lancar atau sejumlah dana yang terikat dalam unsur-unsur aktiva lancar dan pada umumnya akan berputar dalam periode tertentu dan diharapkan akan kembali dalam periode tertentu juga.
Menurut Munawir S (1995 : 114), ada tiga konsep atau definisi modal kerja yang umum dipergunakan ), yaitu:
1.Konsep kuantitatif
Konsep ini Menitik beratkan kepada kuantum yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan perusahaan dalam membiayai operasinya yang bersifat rutin atau menunjukkan jumlah dana yang tersedia untuk tujuan operasi jangka pendek. Dalam konsep ini menganggap bahwa modal kerja adalah jumlah aktiva lancar.
Konsep ini tidak mementingkan kualitas dari modal kerja, apakah modal kerja dibiayai para pemilik, hutang jangka pendek, sehingga dengan modal kerja yang besar tidak apat mencerminkan tingkat keamanan para kreditur jangka pendek yang besar juga. Bahkan menurut konsep ini dengan adanya modal kerja yang besar tidak menjamin kelangsungan operasi yang akan datang, serta tidak mencerminkan likuiditas perusahaan yang bersangkutan.
2.Konsep Kualitatif
Konsep ini menitik beratkan pada kualitas modal kerja, pengertian modal kerja dalam konsep ini adalah kelebihan aktiva lancar terhadap hutang lancar. Definisi ini bersifat kualitatif karena menunjukkan tersedianya aktiva lancar yang lebih besar dari hutang lancar dan menunjukkan pula tingkat keamanan bagi para kreditur jangka pendek, serta menjamin kelangsungan operasi dimasa mendatang dan kemampuan perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman jangka pendek dengan jaminan lainnya.
3.Konsep Fungsional
Konsep ini menitik beratkan pada fungsi dana yang dimiliki dalam rangka menghasilkan pendapatan (laba) dari usaha pokok perusahaan. Pada dasarnya dana yang dimiliki oleh perusahaan sepenuhnya akan digunakan untuk menghasilkan laba, ada sebagian dana yang akan digunakan untuk memperoleh atau menghasilkan laba dimasa yang akan datang. Misalnya bangunan, pabrik, alat-alat kantor dan aktiva tetap lainnya.
Ada 2 konsep utama modal kerja menurut James C. Van Horn dan John M. Wachowicz, Jr. (1997 : 214) yaitu :
1.Modal Kerja Bersih, yaitu perbedaan jumlah aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Konsep ini merupakan ukuran sejauh mana perusahaan dilindungi dari masalah likuiditas.
2.Modal Kerja Kotor, yaitu Investasi perusahaan dalam aktiva lancar (seperti kas, sekuritas, piutang, dan persediaan).
Jenis-jenis Modal Kerja
Modal kerja merupakan kekayaan yang diperlukan oleh perusahaan untuk menyelenggarakan kegiatan perusahaan sehari-hari. Modal kerja ini akan selalu berputar sedangkan aktiva lancar yang umumnya akan menjadi uang kas dalam suatu periode akuntansi.
Menurut W.B. Taylor (1995 : 61), jenis-jenis modal kerja dapat dibedakan menjadi dua bentuk yaitu:
1.Modal Kerja Permanen, yaitu modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya, atau dengan kata lain modal kerja yang secara terus menerus diperlukan untuk kelancaran usaha. Modal kerja permanen ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
* Modal Kerja Primer, yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usahanya.
* Modal Kerja Normal, yaitu jumlah modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal.
2. Modal Kerja Variabel, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan sesuai perubahan keadaan, dan modal kerja ini dibedakan antara:
* Modal Kerja Musiman, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi musim.
* Modal Kerja Siklis, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan Karena fluktuasi konjungsi.
3.Modal Kerja Darurat, yaitu modal kerja yang besarnya berubah-ubah karena adanya keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya (misalnya adanya pemogokan buruh, banjir, perubahan ekonomi mendadak).
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Modal Kerja
Modal kerja yang cukup memang sangat penting bagi suatu perusahaan. Menurut Munawir S (1995 : 117) untuk menentukan jumlah modal kerja yang dianggap cukup oleh suatu perusahaan bukanlah hal yang mudah.
Modal kerja yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut:
1.Sifat atau tipe dari perusahaan
Modal kerja dari suatu perusahaan jasa relatif akan lebih rendah bila dibandingkan dengan kebutuhan modal kerja perusahaan industri, karena untuk perusahaan jasa tidak memerlukan investasi yang besar dalam kas, piutang maupun persediaan. Kebutuhan uang tunai untuk membayar pegawainya maupun untuk membiayai operasinya dapat dipenuhi dari penghasilan atau penerimaan-penerimaan saat itu juga, sedangkan piutang biasanya dapat ditagih dalam waktu yang relatif pendek. Sifat dari perusahaan jasa biasanya memiliki atau harus menginvestasikan modal-modalnya sebagian besar pada aktiva tetap yang digunakan untuk memberikan pelayanan atau jasanya kepada masyarakat.
Sedangkan untuk perusahaan industri, keadaan sangatlah ekstrim karena perusahaan industri harus mengadakan investasi yang cukup besar dalam aktiva lancar agar perusahaan tidak mengalami kesulitan dalam operasinya sehari-hari.
2.Waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi atau memperoleh barang yang akan dijual serta harga persatuan barang tersebut.
Kebutuhan modal kerja suatu perusahaan berhubungan langsung dengan waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh barang yang akan dijual maupun bahan dasar yang akan diproduksi sampai barang tersebut dijual. Karena semakin panjang waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi atau memperoleh barang tersebut semakin besar pula modal kerja yang dibutuhkan. Disamping itu pokok persatuan barang untuk mempengaruhi besar kecilnya modal kerja yang dibutuhkan.
3.Syarat pembelian bahan atau barang dagang
Syarat pembelian barang dagangan atau bahan dasar yang akan dibutuhkan untuk memproduksi barang sangat mempengaruhi jumlah modal kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan yang bersangkutan. Jika syarat kredit yang diterima pada waktu pembelian yang menguntungkan, semakin sedikit uang kas yang harus diinvestasikan dalam persediaan bahan atau barang dagangan, sebaliknya bila pembayaran atas bahan atau barang yang dibeli tersebut harus dilakukan dalam jangka waktu yang pendek maka uang kas yang diperlukan untuk membiayai persediaan semakin besar pula.
4.Syarat penjualan
Semakin lunak kredit yang digunakan oleh perusahaan kepada para pembeli akan mengakibatkan semakin besar jumlah modal kerja yang harus diinvestasikan dalam sektor piutang. Untuk memperendah dan memperkecil jumlah modal kerja yang harus diinvestasikan dalam piutang dan untuk memperkecil adanya piutang yang tidak dapat ditagih, sebaiknya perusahaan memberikan potongan tunai kepada pembeli, karena dengan begitu pembeli akan tertarik untuk membayar hutangnya dalam periode diskonto tersebut.
5.Tingkat perputaran persediaan
Tingkat perputaran persediaan menunjukkan berapa kali persediaan tersebut diganti dalam arti dibeli atau dijual kembali. Semakin tingkat perputaran persediaan tersebut maka jumlah modal kerja yang dibutuhkan (terutama yang harus diinvestasikan dalam persediaan) semakin rendah. Untuk dapat mencapai tingkat perputaran yang tinggi, maka harus diadakan perencanaan dan pengawasan pekerjaan secara teratur dan efisien. Selain itu semakin cepat atau semakin tinggi perputaran akan semakin memperkecil resiko kerugian yang disebabkan karena penurunan harga atau karena perubahan selera konsumen, disamping itu menghemat ongkos penyimpanan dan pemeliharaan terhadap persediaan tersebut.
Langkah-langkah Dalam Analisis Sumber Dan Penggunaan Modal Kerja
Laporan tentang perubahan modal kerja akan memberikan gambaran tentang bagaimana manajemen mengelola perputaran atau sirkulasi modalnya. Laporan ini akan dapat memberikan jawaban atas berbagai pertanyaan yang mungkin timbul baik dari pihak manajemen, para pemegang saham, kreditur, maupun pihak-pihak lainnya.
Adapun langkah-langkah dalam penyusunan laporan sumber dan penggunaan modal kerja menurut Bambang Riyanto (1995:355) adalah sebagai berikut :
1.Menyusun laporan perubahan modal kerja, laporan ini menggambarkan perubahan dari masing-masing unsur modal kerja antara dua titik waktu. Dengan laporan tersebut dapat diketahui adanya kenaikan atau penurunan modal kerja dan besarnya perubahan modal kerja.
2.Mengelompokan perubahan-perubahan dari unsur-unsur non current accaounts antara dua titik waktu tersebut kedalam golongan yang mempunyai efek memperbesar modal kerja dan golongan yang mempunyai efek memperkecil modal kerja.
3.Mengelompokan unsur-unsur dalam laporan laba ditahan kedalam golongan yang perubahannya mempunyai efek memperbesar modal kerja dan golongan yang mempunyai efek memperkecil modal kerja.
4.Berdasarkan informasi diatas dapatlah disusun laporan sumber-sumber dan penggunaan modal kerja.
Sumber Modal Kerja
Menurut Djarwanto (2005:95), pada umumnya sumber-sumber modal kerja berasal dari :
a. Pendapatan Bersih
Surat-surat berharga yang merupakan salah satu pos aktiva lancar dapat dijual dan dari penjualan tersebut akan timbul kentungan. Penjualan surat berharga ini akan menyebabkan perubahan pos aktiva lancar dari pos-pos “surat-surat berharga” menjadi pos kas. Keuntungan yang diperoleh dari penjualan ini merupakan sumber dari modal kerja.
b. Penjualan Aktiva Tidak Lancar
Hasil penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang dan aktiva tidak lancar lainnya yang tidak diperlukan lagi oleh perusahaan merupakan sumber lain yang menambah modal kerja. Perubahan aktiva tidak lancar tersebut menjadi kas akan menambah modal kerja sebanyak hasil bersih penjualan aktiva tidak lancar tersebut.
c. Penjualan Saham atau Obligasi
Untuk menambah dana atau modal kerja yang dibutuhkan, perusahaan dapat pula mengadakan emisi saham baru atau meminta pada para pemilik perusahaan untuk menambah modalnya.
d. Dana Pinjaman dari Bank
Dana pinjaman jangka pendek bagi perusahaan merupakan sumber penting dari aktiva lancarnya, terutama tambahan modal kerja yang diperlukan untuk membiayai kebutuhan modal kerja musiman siklus, darurat dan lain-lain
e. Kredit dari suplier
Material barang-barang, supplies dapat dibeli atau dengan wesel bayar. Apabila perusahaan kemudian dapat mengusahakan menjual barang dan menarik pembayaran piutang sebelum waktu hutang dilunasi, perusahaan tersebut memerlukan sejumlah kecil modal kerja.
Dan pada dasarnya, sumber modal kerja terdiri dari dua pokok, yaitu:
a.Bagian yang tetap atau bagian yang permanen yaitu jumlah minimum yang harus tersedia agar perusahaan dapat berjalan dengan lancar tanpa kesulitan keuangan.
b.Jumlah modal kerja yang variabel yang jumlahnya tergantung pada aktivitas musiman dan kebutuhan-kebutuhan diluar aktivitas yang biasa.
Sumber-sumber modal kerja dapat ditambah apabila :
1) Adanya kenaikan sektor modal baik yang berasal dari laba maupun adanya pengeluaran modal saham atau tambahan investasi dari pemilik perusahaan.
2) Adanya pengurangan atau penurunan aktiva tetap yang diimbangi dengan bertambahnya aktiva lancar.
3) Adanya penambahan hutang jangka panjang baik dalam bentuk obligasi, hipotik atau hutang jangka panjang lainnya yang diimbangi dengan bertambahnya aktiva lancar.
Penggunaan Modal Kerja
Penggunaan modal kerja akan mengakibatkan perubahan bentuk maupun penurunan jumlah aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan, tetapi penggunaan aktiva lancar tidak selalu diikuti dengan berubahnya atau turunnya jumlah modal kerja yang dimiliki oleh perusahaan.
Kekurangan modal kerja disebabkan :
1)Pembayaran biaya atau ongkos-ongkos operasi perusahaan.
2)Kerugian-kerugian yang diderita oleh perusahaan karena adanya penjualan surat-surat berharga atau efek, maupun kerugian insidentil lainnya.
3)Adanya pembentukan dana atau pemisahan aktiva lancar untuk tujuan tertentu dalam jangka panjang.
4)Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap, investasi jangka panjang atau aktiva lancar lainnya yang mengakibatkan berkurangnya aktiva lancar atau timbulnya hutang lancar yang berakibat berkurangnya modal kerja.
5)Pembayaran hutang-hutang jangka panjang yang meliputi hutang hipotik, hutang obligasi maupun bentuk hutang lainnya, serta penarikan atau pembelian kembali saham perusahaan yang beredar, atau adanya penurunan hutang jangka panjang diimbangi dengan berkurangnya aktiva lancar.
6)Pengambilan uang atau barang dagangan oleh pemilik perusahaan untuk kepentingan pribadinya. Dengan kata lain adanya penurunan sektor modal yang diimbangi dengan berkurangnya aktiva lancar atau bertambahnya hutang lancar dalam jumlah yang sama.
Disamping penggunaan aktiva lancar yang mengakibatkan berkurangnya modal kerja tersebut, ada pula pemakaian aktiva lancar yang tidak merubah jumlahnya baik jumlah modal kerjanya maupun jumlah aktiva lancarnya itu sendiri, yaitu penggunaan modal kerja atau aktiva lancar yang hanya menyebabkan atau mengakibatkan berubahnya bentuk aktiva lancar (modal tidak berubah), misalnya :
- Pembelian efek secara tunai.
- Pembelian barang dagangan atau bahan-bahan lainnya secara tunai.
- Perubahan suatu bentuk piutang kebentuk piutang lainnya.
Kelebihan modal kerja disebabkan :
1.Pengeluaran obligasi atau saham dalam jumlah yang besar
2.Penjualan aktiva tak lancar yang tak diganti
3.Terjadinya laba operasi yang tidak digunakan untuk pembayaran deviden
4.Akumulasi sementara dari berbagai dana yang disediakan investasi-ekspansi.
Pengukuran efektivitas modal kerja
Di dalam mengadakan interprestasi, dan analisa efektifitas modal kerja suatu pekerjaan, seorang analisis keuangan memerlukan suatu ukuran tertentu. Ukuran yang sering digunakan rasio adalah merupakan alat yang dinyatakan dalam artian relatif maupun absolute, untuk menjelaskan hubungan tertentu antara angka yang satu dengan angka yang lain dari suatu laporan financial.
Menurut Djarwanto (2005:146) macam-macam rasio dapat dibuat menurut kebutuhan penganalisa, maupun pada dasarnya angka-angka rasio yang ada dapat digolongkan kedalam kedua kelompok yaitu :
a. Rasio yang berdasarkan sumber data keuangan
1) Rasio-rasio neraca (balance sheet ratio)
Yang tergolong didalam kategori ini adalah semua rasio yang semua datanya diambil atau bersumber pada neraca, misalnya current ratio
2) Rasio-rasio laporan laba – rugi yang dalam penyusunan semua datanya diambil dari laporan laba – rugi, misalnya gross profit margin, net operating margin, operating ratio.
3) Rasio-rasio antar laporan (inter statement)
Yaitu semua angka rasio yang penyusunan datanya berasal dari neraca dari data lainnya dari laporan laba – rugi, misalnya tingkat perputaran persediaan (inventory turn over), tingkat perputaran piutang (account receivable turnover), sales to inventory, sales to fixed asset.
b. Angka-angka rasio keuangan dapat diklasifikasikan sebagai berikut
1) Rasio Likuiditas digunakan perusahaan untuk mengevaluasi kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek.
2) Rasio Leverage mengevaluasi kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjang serta menilai sampai sejauh mana sumber pembiayaan perusahaan berasal dari pinjaman.
3) Rasio Aktifitas mengevaluasi kemampuan serta efisiensi perusahaan dalam memanfaatkan harta yang dimilikinya.
4) Rasio Profitabilitas mengevaluasi kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan.
Oleh karena itu berdasarkan tujuan dari penganalisaan dalam penulisan ini maka disini hanya akan diterangkan mengenai rasio profitabilitas. Ratio ini sangat membantu bagi manajemen untuk mengecek efektifitas modal kerja yang digunakan dalam perusahaan.
Selain itu juga penting bagi kredit jangka panjang dan para pemegang saham yang ingin mengetahui prospek pembayaran bunga dan deviden di masa yang akan datang.
Untuk mengetahui semua itu perlu angka-angka rasio yang ada hubungannya dengan modal kerja, serta hasil yang ingin dicapai sebagai akibat dari penggunaan modal kerja tersebut. Rasio yang berhubungan erat dengan modal kerja dan hasil-hasil yang telah dicapai perusahaan.
Cara-cara Mengestimasi Kebutuhan Modal kerja
Dengan tersedianya modal kerja yang cukup memungkinkan perusahaanuntuk beroperasi secara ekonomis, efisien, clan terhindar dari resiko kesulitanlikuiditas. Untukmenentukan modal kerja yang cukup pada suatu perusahaan perluterlebih dahulu mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya modal kerja.
Menurut Bambang Riyanto, besar kecilnya kebutuhan modal kerja terutamatergantung kepada dua faktor, yaitu :
1. Periode perputaran atau periode terikatnya modal kerja, dan
2. Pengeluaran kas rata-rata setiap harinya.
Periode perputaran yang tetap, dengan makin besarnya jumlah pengeluarankas setiap harinya mengakibatkan jumlah kebutuhan modal kerja menjadi semakin besar pula. Jumlah pengeluaran setiap harinya yang tetap, dengan makin lamanyaperiode perputarannya mengakibatkan jumlah modal kerja yang dibutuhkan adalahsemakin besar.
Periode perputaran atau periode terikatnya modal kerja adalah merupakankeseluruhan jumlah dari periode-periode aktivitas perusahaan yang meliputi jangkawaktu pemberian kredit beli, lama penyimpanan bahan mentah di gudang, lamanyaproses produksi, lamanya barang jadi simpanan di gudang dan jangka waktupenerimaan piutang. Pengeluaran setiap harinya merupakan jumlah pengeluaran kasrata-rata setiap harinya untuk keperluan pembelian bahan mentah, bahanpembantu, pembayaran upah buruh, dan biaya-biaya lainnya.
Periode perputaran
Lamanya proses produksi = 10 hari
Lamanya barang disimpan di gudang = 10 hari
Jangka waktu penerimaan piutang = 10 hari
Periode perputaran atau periode terikatnya modal kerja = 30 hari
Pengeluaran setiap harinya
Bahan mentah = Rp. 4.000,-
Bahan pembantu = Rp. 2.000,-
Upah buruh = Rp. 3.000,-
Pengeluaran-pengeluaran lain = Rp. 1.000,-
Jumlah pengeluaran setiap harinya = Rp.10.000,-
Kebutuhan modal kerja bagi perusahaan yang menjalankan aktivitas usaha setiapharinya untuk dapat menjamin kontinuitas usahanya dibutuhkan modal kerja sebesarminimal Rp. 10.000 x 30 = Rp. 300.000,-
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa kebutuhan modal kerjaperusahaan dapat di bedakan dalam 2 kategori kebutuhan yaitu : kebutuhan yangbersifat permanen dan kebutuhan yang bersifat musiman atau dikenal sebagaikebutuhan variabel. Kebutuhan modal kerja variabel akan berubah-ubah sesuaidengan kebutuhannya diatas kebutuhan permanen. Hal ini bisa terjadi misalnya jikasuatu saat terjadi kenaikan permintaan barang sehingga diperlukan tambahan dana.Kebutuhan yang bersifat temporer ini perlu diestimasikan agar perusahaan dapatterhindar dari resiko kesulitan likuiditas
Ada 3 pendekatan yang dibutuhkan untuk membelanjai kebutuhan dana yangbersifat campuran (financing mix) yaitu :
1. Aggresive approach
2. Conservative approach
3. Trade-off keduanya.
Pendekatan yang bersifat agresif kebutuhan dana jangka pendek dibelanjaidengan sumber dana jangka pendek dan kebutuhan dana jangka panjang dibelanjaidengan sumber dana jangka panjang. Kebutuhan dana yang bersifat variabel ataumusiman dipenuhi dengan sumber dana jangka pendek. Sedangkan pembelanjaanpermanen dipenuhi dari sumber dana jangka panjang. Berdasarkan pendekatan iniperusahaan harus memiliki net working capital dalam jumlah yang sama denganbagian current assets yang dibelanjai dengan sumber dana jangka panjang. Strategiini mengundang resiko karena harus mempertahankan net working capital yang rendah.
Namun demikian, profit yang diperoleh dalam jumlah yang tinggi karena total costnya yang rendah.Berdasarkan pendekatan konservatir, semua kebutuhan dana dibelanjaidengan sumber dana jangka panjang dan sumber dana jangka pendek digunakanhanya dalam keadaan darurat.
Rasio-Rasio Modal Kerja
Rasio modal kerja di perlukan untuk menganalisa hubungan dari berbagai pos dalam suatu laporan keuangan. Hasil dan analisa ini merupakan dasar untuk dapat menginterpretasikan kondisi kuangan dan hasil operasi perusahaan.
Analisa rasio ini berguna juga bagi pihakperusahaan untuk membantu manajer dalam membuat evaluasi mengenai hasiloperasi, memperbaiki kesalahan yang terjadi akibat penyimpangan atas rencanayang telah disusun dan menghindari hal-hal lain yang bersifat merugikanperusahaan.Banyak macam rasio yang dapat dihitung dari informasi yang terdapat dalamlaporan keuangan.
Rasio dapat dikelompokkan menjadi dua golongan.
1.Rasio yang didasarkan pada sumber data keuangan dan
2. Rasio yang disusun berdasarkan tujuan penganalisa dalam mengevaluasi perusahaan.
Berdasarkan sumber datanya, rasio-rasio dapat dibedakan menjadi 3, yaitu :
1.Ratio-ratio neraca (balance sheet ratios) yaitu ratio-ratio disusun dari data
yang berasal dari neraca, misalnya ratio lancar (current ratio), ratio tunai(quick ratio), ratio modal sendiri dengan total aktiva, ratio aktiva tetapdengan hutang jangka panjang dan sebagainya.
2. Ratio-ratio laporan laba rugi (income statement ratios), yaitu ratio-ratio yangdisusun dari data yang berasal dari laporan perhitungan laba rugi, misalnyaratio laba bruto dengan penjualan netto, ratio laba usaha dengan penjualannetto, operating ratio, dan lain sebagainya.
3.Ratio-ratio antar laporan (intern statement ratios), yaitu ratio-ratio yangdisusun dari data yang berasal dari neraca dan laporan laba rugi , misalnyaratio penjualan netto dengan aktiva usaha, ratio penjualan kredit denganpiutang rata-rata, ratio harga pokok penjualan dengan persediaan rata-rata,dan lain sebagainya.
Dari sejumlah rasio-rasio yang dipergunakan sebagai alat analisa laporan keuangan. Adapun rasio tersebut adalah :
1. Ratio Likuiditas
Rasio likuiditas adalah ‘rasio yangmengukur kemampuan yang segera harus dipenuhi’. Karena peranan likuiditas itu dianggap begitu penting, maka sering pula dikatakan bahwa likuiditas memberikan kesan pertama tentang baik buruknya suatu perusahaan.
Rasio untuk menilai posisi keuangan jangka pendek (likuiditas) ini terdiri dari:
a.Rasio Lancar (Curent Ratio) adalah jumlah aktiva lancar dengan hutang lancar.
Rumus yang dapat digunakan untuk menghitung current ratio adalah
Current ratio = aktiva lancar : hutang lancar x 100 %
b. Rasio Cair (Quick Ratio atau Acid Test Ratio)Pada umumnya persediaan barang dianggap memerlukan waktu yang relatif lama untuk dapat direalisir rnenjadi uang kas. Misalnya persediaan bahan baku harus dibuat menjadi barang jadi, kemudian dijual secara kredit sehingga menimbulkan piutang dan selanjutnya piutang ditagih menjadi uang kas.
Untuk mendapatkan kepastian yang lebih jelas tentang kemampuan suatuperusahaan dalam mambayar hutang lancarnya perlu dihitung acid test ratio atausering disebut rasio cair. Acid test ratio adalah perbandingan antara harta lancer yang paling cepat dapat diuangkan seperti : kas, surat berharga dan piutangdagang, dengan hutang lancar.
Dengan demikian rumusan yang dapat di pakai adalah :
Acid test rasio = aktiva lancar - (persediaan di bayar dimuka+biaya di bayar di muka) /hutang lancar
Rasio ini lebih tajam dari rasio lancar karena hanya membandingkan harta yang sangat mudah diuangkan dengan hutang lancar. Jika current ratio menaik mencapai 200 % tetapi acid test ratio rendah. Disebabkan sebahagian besar dana modal kerja diinvestasikan dalam persediaan. Sebaliknya jika current ratio rendah sedangkan acid ratio tinggi, berarti sebahagian besar dan modal kerja diinvestasikan pada kas, piutang dagang, dan surat-surat berharga.
Mengenai besarnya acid test ratio belum ada ketentuan yang mutlak, namunsebagai pedoman dapat dikemukakan pendapat berikut :
Apabila kita menggunakan acid test ratio untuk menentukan tingkat likuiditas, maka secara umum dapat dikatakan bahwa suatu perusahaan yang mempunyai quick ratio kurang dari 1 : 1 atau 100 %dianggap kurang baik tingkat likuiditasnya.Akan tetapi perlu diingat, tidak ada satupun nilai rasio cair 1 : 1 yang spesifik dan sesuai bagi semua perusahaan rasio cair 1 : 1 sebaiknya dipandang hanya sebagai suatu efek yang segera dapat diuangkan.
Rasio kas ini dapat dirumuskan sebagaiberikut :
Cash Rasio = kas + bank + efek : hutang lancar x 100% =....%
Semakin tinggi cash ratio berarti jumlah uang tunai yang tersedia semakinbesar, sehingga pelunasan hutang pada saatnya tidak mengalami kesulitan. Apabilarasio kas sebesar 100 % berarti Rp. 1 hutang lancar dijamin oleh kas dan efeksebesar Rp. 1
c. Rasio Modal Kerja Netto dengan Harta kekayaan (Working Capital to Total AssetsRatio).
Rasio ini menunjukkan likuiditas dan total aktiva dan posisi modal kerja netto,Dalam rasio ini diperbandingkan modal kerja netto dengan total aktiva, Rasio inidapat dirumuskan sebagai berikut :
Working Capital to Total Assets Ratio = aktiva lancar-hutang lancar : total aktiva x 100% = ....%
Misalnya jumlah aktiva lancar sebesar Rp. 6,- hutang lancar Rp. 3,- dan total aktivanya sebesar Rp. 9,-
Maka rasio modal kerja netto dengan kekayaan sebesar :
6 – 3
9 x 100 % - 33,3 %
Artinya likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja sebesar 33,3 %.
2.Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas mengukur kemampuan perusahaan dalam menggunakan dana yang tersedia yang tercermin dalam perputaran modalnya.
Rasio-rasio yang termasuk dalam rasio aktivitas adalah :
a.Rasio perputaran total aktiva (Total Assets Turn Over)
Rasio ini menggambarkan beberapa kali dana yang tertanam keseluruhannyaaktiva berputar dalam satu periode tertentu atau bagaimana kemampuan modalyang ditanamkan dalam seluruh aktiva untuk menghasilkan pendapatanRasio perputaran total aktiva ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
Total Assets Turn Over = penjualan netto : Piutang rata-rata = ……kali
Misalnya, perputaran total aktiva 2 kali artinya dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva rata-rata dalam setahun berputar 2 kali atau setiap Rp. 1,- aktiva dalam setahun dapat menghasilkan penjualan Rp. 2,-
b. Rasio Perputaran Piutang (Receivable Turn Over).
Perputaran piutang yangdimiliki suatu perusahaan mempunyai hubungan yangerat dengan jumlah penjualan kredit. Jumlah piutang dagang dan kegiatantaksiran waktu pengumpulannya dapat diketahui dengan menghitung tingkatperputaran piutang tersebut yaitu dengan membagi jumlah penjualan kreditdengan piutang rata-rata, atau dengan rumus :
Receivable Turn Over = penjualan kredit : piutang rata-rata = ...kali
Misalnya perputaran piutang 20 kali artinya dalam satu tahun rata-rata dana yang tertanam dalam piutang berputar 20 kali.Semakin tinggi tingkat perputaran piutang berarti semakin cepat dana yang diinvestasikan pada piutang dagang dapat ditagih menjadi uang tunai atau menunjukkan modal kerja yang ditanam dalam piutang rendah.
c. Rasio rata-rata Waktu Penagiahan Piutang (Average Collection Period)
Rasio ini menunjukkan periode rata-rata yang diperlukan untuk mengumpulkanpiutang, yang dirumuskan sebagai berikut :
Average Collection Period = piutang rata-rata x 360 : penjualan kredit = ...hari
Misalnya rata-rata waktu penagihan piutang 18 hari artinya piutang dikumpulkan rata-rata setiap 18 hari sekali.
d. Rasio perputaran persediaan (Inventory Turn Over)
Perputaran persediaan menunjukkan berapa kali persediaan barang berputarselama satu periode tertentu, tingkat perputaran persediaan ini dihitung dengan membagi harga pokok penjualan dengan persediaan rata-rata, atau dengan rumus :
Inventory Turn Over = harga pokok penjualan : persediaan rata-rata = ... kali
Misalnya harga pokok penjualan Rp.50,- persediaan awal Rp.6,- dan persediaan akhir Rp.4,- sehingga rata-rata persediaan = ½ (Rp.6 + Rp.4) = Rp.5,-. Maka rasio perputaran persediaan menjadi : 50/5 = 10 kali.
Artinya selama satu tahun persediaan telah berganti sebanyak 10 kali, dengan katalain dana yang diinvestasikan dalam bentuk persediaan telah berganti sebanyak 10kali.
Dengan demikian tingkat perputaran persediaan yang lebih tinggimenunjukkan suatu keadaan yang baik, karena dana yang diinvestasikan padapersediaan produktivitasnya rendah.
e. Periode Penahanan Persediaan Rata-rata (Average Day’s Inventory)
Periode penahanan persediaan rata-rata yaitu periode menahan persediaan rata-rata atau periode rata-rata persediaan barang berada di gudang, dirumuskan dengan :
Average Day’s Inventory = persediaan rata-rata x 360 : Harga pokok penjualan =……hari
Dari perputaran tersebut dapat dihitung average day’s inventori,yaitu:
5 x 360 hari = 36
10
Artinya setiap persediaan akan berada atau mengendap di gudang selama 36 hari.
f. Rasio Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turn Over)
Perhitungan perputaran modal kerja yang ditujukan untuk mengukur keefektifan pendayagunaan modal kerja untuk melaksanakan kegiatan perusahaan dalam mencapai tujuan. Rasio ini menunjukkan hubungan antara modal kerja dengan penjualan.
Tingkat perputaran modal kerja dapat dibagi atas 2 (dua) :
1. Perputaran modal kerja netto (net working capital turn ove
= penjualan netto : aktiva lancar -hutang lancar = ...kali
2.Perputaran modal kerja bruto (gross working capital turn over)= penjualan netto : aktiva lancar = ...kali
SUMBER
1.frenkymay.blogspot.com/.../analisis-sumber-dan-penggunaan-modal....
2. y0s3.wordpress.com/.../analisis-sumber-dan-penggunaan-modal-kerj...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar